PERDAGANGAN BEBAS ASEAN:
Pengusaha Pribumi Mengaku Belum Siap
JAKARTA 4 Maret 2013 –Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) mengaku anggotanya belum siap menghadapi perdagangan bebas Asean China Free Trade Agreement (ACFTA).
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HIPPI Suryani Motik menegaskan ditengah ketidaksiapan pengusaha pribumi harus punya strategi jika tidak ingin menjadi penonton di rumah sendiri.
“Jujur aja kalau mau bicara sekarang kita tidak siap, makanya kalau tidak siap lawan mereka, kita ajak mereka kerjasama,” katanya saat ditemui bisnis disela peringatan Imlek DPD Hippi DKI Jakarta pekan lalu.
Pada Juni 2013 mendatang HIPPI menyiapkan pertemuan dalam bentuk seminar guna membangun kerjasama antara pengusaha pribumi dengan pengusaha China. Sedikitnya sudah ada 50 pengusaha China yang menyampaikan konfirmasi mau datang ke Indonesia.
Dalam pertemuan itu diharapkan pengusaha pribumi bisa menjalin kerjasama dengan pengusaha China agar diarahkan bisa bikin produk di Indonesia agar tidak perlu impor. Harapannya impor 100% yang selama ini menggerogoti neraca perdagangan Indonesia bisa ditekan hingga 25%. Karena dalam catatan HIPPI, China merupakan salah satu negara yang surplus dalam ekspor ke Indonesia.
“Kita ingin pengusaha China ini mencari mitranya disini untuk mau investasi sama-sama lah, cuma bidangnya masih kita minta profilnya mereka,” ujar Suryani.
Beberapa pengusaha yang sudah tertarik, sambung Suryani, berkecimpung dalam bidang otomotif dan komponen. Secara bertahap mereka akan produksi di Indonesia sehingga menjadi produk dalam negeri, karena diakui HIPPI untuk merebut pasar China sangat sulit. Dia yakin dengan menjembatani antar pengusaha dua negara ini, Indonesia siap hadapi perdagangan bebas.
Kebetulan anggota Himpunan Pengusaha Pribumi banyak dari keturunan Tionghoa sehingga latar belakang budaya dan bahasa China bakal mempermudah kerjasama. “Itu sangat mungkin tapi longterm empat sampai lima tahun ke depan. Kaklau jangka panjang kita akan tumbuh,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPP) HIPPI DKI Sarman Simanjorang menjelaskan pengusaha pribumi harus bersatu tanpa membedakan etnis karena satu kesatuan. Menurutnya pengusaha pribumi adalah ber KTP Indonesia. “Ke depan persaingan luar biasa, sebagai bentuk kerjasama kita tidak ada sekat,” tuturnya.
Dia juga berharap kepada Pemprov DKI dengan kepemimpinan Gubernur Joko Widodo dan Wagub Basuki Tjahaja Purnama bersikap responsif terhadap tantangan ke depan. Dengan target pertumbuhan ekonomi DKI 7 % tahun 2013 bisa terwujud asalkan pemerintah juga mengerti nasib pengusaha.
Di awal tahun sudah ada kebijakan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 44% dari Rp1,5 juta menjadi Rp2,2 juta. Kemudian kenaikan tarif dasar listrik secara bertahap 15% ditambah lagi rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kebijakan pajak penghasilan (PPh) 1% kepada UKM dengan omzet dibawah Rp4,8 miliar. “Pemprov harus responsif karena dengan demikian perekonomian Jakarta tumbuh dengan baik,” terangnya.
*Cara Antisipasi Persaingan Perdagangan Bebas dengan China :
Melakukan Pameran Produk Lokal dan Produk Kreatif Nusantara yang harus diikuti peserta yang terdiri atas Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Perusahaan Swasta dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pameran ini, diharapkan menjadi wadah yang tepat untuk membangun jejaring dan perluasan pasar dari produk-produk dalam negeri dari berbagai daerah di Indonesia yang kini tengah mengalami perkembangan pesat.
Sehingga kualitas produk-produk dalam negeri semakin dikenal luas dan memiliki kemampuan daya bersaing menembus pasar dalam dan luar negeri, terutama dalam menghadapi Asean-China Free Trade Area (ACFTA) dan Asean Free Trade Area (AFTA) pada 2014.
*Pendapat Saya Tentang Persaingan Perdagangan dengan China :
Persaingan perdagangan bebas antara Indonesia dan China merupaka satu
cara bagi Indonesia untuk mencapai suatu kesejahteraan ekonomi yang
nantinya diharapkan bisa menguasai pasar internasional. Namun dibalik
sebuah persaingan tentu terdapat resiko besar yang mutlak berpotensi
menang/kalah dalam persaingan.
Indonesia bersaing dengan China yang sudah kita ketahui bahwa China
lebih unggul dalam menjual semua produknya. Dari barang sampai
buah-buahan jelas dia menang. Tahu sendiri bahwa buah-buahan yang mereka
jual jauh lebih murah dibanding hasil pangan Indonesia sendiri. Disini
kita harus lebih pintar mengatur strategi agar stok impor dari China
bisa dikurangi dan Indonesia bisa meningkatkan dan memaksimalkan hasil
usaha lokal. Misalnya dengan cara memberi batas dengan perjanjian atau
meningkatkan pasokan lokal agar produk Indonesia sendiri unggul dan
menguasai pasar di negara sendiri.
Jelas terlihat bahwa persaingan perdagangan bebas Indonesia danChina lebih
banyak memberikan nampak negatif. Salah satunya kekhawatiran para
pelaku usaha kecil dan menengah yang nantinya akan kalah saing dengan
mereka serta pendapatan negara akan jauh lebih jatuh karna hampir
sebagian dibagi ke China.
Indonesia merupakan negara agraris dan seharusnya menguasai seluruh pasar pangan setidaknya di Asean. Tapi saat ini Indonesia belum berhasil karena kurang uletnya pemerintah untuk berusaha memaksimalkan hasil usaha dan mengeksport pangan ke luar negeri.
Indonesia merupakan negara agraris dan seharusnya menguasai seluruh pasar pangan setidaknya di Asean. Tapi saat ini Indonesia belum berhasil karena kurang uletnya pemerintah untuk berusaha memaksimalkan hasil usaha dan mengeksport pangan ke luar negeri.
*Sikap Kita Menghadapi Perdagangan Bebas dengan China :
Pertama, Pemerintah harus memperbaiki infrastruktur di Indonesia, karena pembangunan infrastruktur di
Indonesia masih belum maksimal jika dibandingkan lawan kita dalam
bersaing yaitu China.
Kedua, suku bunga yang tinggi yang
menjadikan beban berat yang ditanggung oleh pengusaha kita. Oleh karna itu,
pemerintah perlu menurunkan lagi suku bunga kredit melalui BI sebagai pemegang otoritas moneter.
Sumber : http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2013/03/perdagangan-bebas-asean-pengusaha-pribumi-mengaku-belum-siap/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar